Sabtu, 17 Januari 2015

MT.Gede 2958 Mdpl (Part.3)


Akhirnya gue berdiri di ketinggian 2958 Mdpl. PUNCAK GEDE!!!

Alhamdulillah it’s so amazing.

Dari puncak gede ini gue ngerasa bersyukur bisa ke tempat ini. Perjalanan gue buat kesini terbayar dengan pemandangan yang menakjubkan di depan mata yang baru pertama gue nikmatin.

Kawah Mt.Gede
Lewat pembatas. Jangan tiru adegan ini!!
Imah with ceriel 120L

Haloooo finish akhirnyaa



Pemandangan ka amoy dapet banget


Ka Amoy


Yuhuuu abang-abang kece finish 2958Mdpl

The first Hiking. Kenekatan gue buat ikut kesini, keoptimisan gue buat selalu mencapai puncak.
Rasanya gue berdiri bersanding awan.

Bangga bisa kesini. Gue bangga sama diri gue sendiri. Terima kasih Allah telah melancarkan perjalanan ku untuk sampai kesini dan thanks buat orang tua gue terutama mama yang saat itu ngeizinin gue buat berangkat. Makasih buat ridho kalian.

Banyak pendaki yang sudah terlebih dahulu sampai di puncak ini, karena memang waktu sudah siang.

Gue pun ngga meninggalkan kesempatan untuk berfoto walaupun sebentar.

Rasa envy gue timbul ketika beberapa para pendaki berfoto dengan tulisan ditangan mereka.


Nah Bang Mamet & Imah

Dengan berbagai kata di curahkan. Haha Sepertinya seru kalo di persembahkan untuk orang tercinta.

Sayangnya saat itu gue ngga megang kertas. Maybe next gue bakal nulis kaya mereka di ketinggian gunung. Aamiin

Rasanya ingin sekali berlama-lama di tempat ini. Menikmati ciptaan Allah dengan semilir angin, hamparan awan dan keindahan yang tak bosan untuk di nikmati disetiap sudutnya.

Tapi waktu yang kita punya tidak banyak.

Sekitar satu jam kita berada di puncak dan akhirnya waktu memaksa kita untuk segera turun.

Untuk treking turun kita akan melewati jalur cibodas.

Semua sudah siap, akhirnya kita berangkat buat turun. Waktu saat itu menunjukan pukul 1 siang. 

Bismillah.
Nah ini salah satu jalan yang kita lewatin menuju treking turun

Saatnya kita turun

2958Mdpl brooooo

Sepanjang jalan yang kita lalui ngga ada habisnya pemandangan yang keren di tawarkan gunung ini. Berasa seperti lukisan tapi ini nyata.

Kabut mulai turun pemandangan semakin kabur terlihat.


Nah ini kabut mulai turun

Singkat cerita kita sudah mulai memasuki hutan. Trek turun memang memang tidak sesulit dan secapek kita naik. Tapi bukan berarti itu menjadi hal sepele. Kehati-hatian di sini masih harus dijaga. dan yang pastinya Keep solid dong.

Banyak dahan pohon mengahalangi. Trek turun disini lumayan susah masih di dominasi oleh tanah merah.

Ngga jarang juga gue terpleset. Gue berupaya jalan agak depan seperti trek yang gue lakuin kemarin menuju surya kencana.

Perjalanan kita sampailah kita di kandang badak. Istirahat bentar seduh milo yang kebetulan masih ada di daypack gue, itung-itung buat hangatin badan. Tidak berapa lama kita lanjut jalan lagi.

Satu yang harus diingat kita dikejar waktu. Kita harus sampai bawah sebelum malam. Karena memang banyak pemula di rombongan ini.

Kandang badak sudah terlewat selanjutnya Kandang batu. Jarak antar pos ini dibilang tidak terlalu jauh setidaknya kita bisa sejenak break disana.

Sampai kandang batu kita bertemu dengan pendaki yang sedang masak kebetulan anggota dari rombongan kita kenal sangat akrab.

Inilah Kandang Batu



Break disana kita suguhkan wejangan makan siang dengan menu yang terbilang lengkap. Haha 
Makasih abang sama kakak-kakaknyaaa.

Perut kenyang kita lanjut jalan lagi. Sampai dimana bertemu dengan air panas berupa lereng yang curam dan berbahaya. Suhu air ini bisa mencapai  70 derajat celcius. Wew. Walau hanya percikan air itu berasa loh panasnyaaa.

Kebetulan gue kena airnya. Berasa rebusan air mendidih.

Kita harus jalan satu persatu  dan menunggu bila ada pendaki yang melintas , Makanya disini kadang macet.

Karena emang disini perlu kehati-hatian untuk melewatinya. Akan sangat fatal akibatnya jika terpeleset.

Hanya ada besi panjang untuk kita berpegang.

Kebayang dong panasnya sampe berasap tuh..

Hati-hati ya karena disini licin

Setelah melewati cobaan yang sangat menyeramkan kita lanjut jalan. Jalur cibodas ini memang cukup terbilang mudah karena setidaknya kita tidak jarang bertemu jalan landai walaupun sebentar.

Waktu sudah semakin sore. Rasa letih mulai menghamipiri. Entah kenapa muka gue mulai pucet.

Karena memang udah jarang break. Kaki gue mulai pegel. Otot kaki sudah kenceng banget.

Sorry gue ngga bisa ngambil foto lagi.

Gue kepisah sama rombongan yang lainnya Okta, Sipa, Rina dan yang lainnya masih jauh tertinggal di belakang. Gue pun hanya dengan Imah dan bang Nana.

Setiap gue mau break bang Nana selalu bilang “Emangnya mau gelap-gelapan disini?, Ayo semangat!” 

Jujur gue ngga kuat kalo harus jalan terus.

Seengganya kasih waktu 20 detik buat gue istirahat. Saat itu rasanya gue pengen banget ngga ngikutin bang nana. Pengen istirahat nunggu rombongan lainnya melintas.

Tapi nyali gue ngga berani untuk tinggal sendirian.

Waktu makin sore, Hawa hutan saat itu makin dingin dan awan mendung menyelimuti.

Pos Cibereum belum kita lewatin. Gue harus bersabar buat tetep jalan walaupun emang rasanya capek.

Gerimis datang setelah kita sampai pos cibereum. Dan nyatanya gue ngga berhenti juga buat break.

Hujan deres pun membasahi hutan. Akhirnya break buat pakai jas hujan. Alhamdulillah akhirnya jas hujan yang gue sempet ragu membelinya terpakai.

Bang nana pun ganti sepatu yang saat itu sudah keropos. Alhamdulillah sepatu gue ngga lecet dan keropos. haha

Saat itu kita ketemu bang nyempil dan kakak yang gatau namanya jadi kita ber5 sekarang.

Hujan deres dan suasana yang redup kala itu Karena memang di guyur hujan. Trek turun yang licin harus diwaspadai.

Entah berapa lama jalan kita ngga juga nyampe, sampe magrib sudah datang kita masih di hutan. Apa kabar yang lainya yang masih pada di belakang??

Hutan makin gelap dengan trek bebatuan.

Buat yang pernah ke cibereum mungkin sudah tau ya gimana jalannya.

Satu senter yang saat itu menerangi jalan setapak. Bang nana yang di apit sama gue dan imah buat menjadi pegangan kala itu.

Hujan tak kunjung reda. Kita masih menapaki setiap jalan. Berharap tidak tersesat dengan kondisi yang gelap.

Lama kita berjalan akhirnya kita sampai di pos Perizininan dengan bertemu para pendaki yang lain. break bentar akhirnya kita memutuskan buat kembali ke warung yang sebelumnya kita pernah singgah sebelum kita hiking.

Rasanya saat itu udah pasrah. Langkah sudah gontai dengan jas hujan yang kegedean gue pakai.

Hujan makin deres. Sampai dimana ketemulah dengan para pendagang yang menjual oleh-oleh. 

Rasanya sudah tak terfikirkan buat bawa oleh-oleh dengan kondisi seperti ini.

Sekitar setengah jam sampailah kita di warung, waktu itu waktu menunjukan pukul setengah8 malam. Alhamdulilaaaahhhhh abang-abang lumayan banyak yang sudah sampai. Tapi buat cewe baru gue sama imah.

Lepas jas hujan, Sepatu kemudian pesenlah air hangat. Tangan gue pada keriput sakit dinginnya air hujan.

Gue langsung ngabarin orang rumah kalo gue baru sampai bawah dengan kondisi hujan deres.  

Diperkirakan jam10 kita balik ke Jakarta.

Ngga butuh waktu lama gue pun ke atas buat sejenak istirahat dan tidur. Tapi ngga bisa. Temen-temen gue belum pada sampai.

Gue hanya menghangatkan badan dan merenggangkan otot kaki gue.

Cemas menunggu akhirnya mereka sampai dengan beberapa orang lepek kehujanan karena ngga pake jas hujan termasuk Rina.

Singkat cerita sehabis kita istirahat jam10 kita memutuskan buat kembali kejakarta. See Next time Mt.Gede~

Perjalanan kembali ke Jakarta gue belum bisa meremin mata gue. Ngga bisa tidur dengan kondisi bis yang terlalu cepat membawa bus di jalur puncak.

Senin Jam1 pagi kita sampai kedoya break bentar di base camp entah udah kaya apa rasanya kaki gue.

Jam3 Gue dan okta pulang kerumah dengan di anter bang Martha.

Thanks buat kalian semuanya semoga kita bisa ketemu di pendakian selanjutnya. Ini adalah pengalaman berharga yang ngga bisa gue temuin dimana-mana.

Sampai rumah gue langsung istirahat, Paginya kaki gue lemes bahkan untuk jalan gue harus merembet, gue kena keram otot tapi gue malah ketawa sendiri ngeliat kondisi kaya gini. Haha

Bukan Cuma gue yang lainnya seperti sipa, mas kamplink dan okta yang sebelumnya juga sudah pernah ke Gede di landa keram otot.

Ohya Kuku di Jempol kaki gue yang ungu bertanda darah beku sehabis ke pentok batu waktu di hutan adalah bukti. Sampai saat ini pun masih tertinggal.

Hampir 3 hari juga gue ngga mandi. Entah buruk banget kondisi gue saat itu. haha

Tapi gue ngga kapok. Malah bikin gue candu buat ikut hiking lagi.

Ini adalah pengalaman. The first HIKING MT.GEDE 2958MDPL.

Gunung buat gue belajar mulai dari kesabaran, kesetiakawanan, kebersamaan, mental yang kuat, yang pastinya kesolidaritasan.

Thanks for reading. Hehe

Jadi gimana? Minat buat nyoba hiking?



“Puncak itu bonus dari sebuah pendakian, yang paling penting adalah bagaimana bisa belajar memaknai sebuah perjalanan, pengalaman, dan kesetiakawanan”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar